Beranda | Artikel
Keutamaan Berdakwah Kepada Allah
Jumat, 14 Oktober 2022

KEUTAMAAN BERDAKWAH KEPADA ALLAH

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan beberapa nabi alaihumus salam di dalam surat An-Nisa’:

رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

 (Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [An-Nisa’/4: 165]

Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang tugas mereka (para rasul) yaitu menyeru manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memberikan mereka kabar gembira dengan kebaikan, serta memperingatkan mereka terhadap keburukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۙ ٤٥وَّدَاعِيًا اِلَى اللّٰهِ بِاِذْنِهٖ وَسِرَاجًا مُّنِيْرًا

Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, (46)dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin -Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.. [Al-Ahzab/33: 45-46]

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada rasulnya agar memberitahukan kepada umatnya bahwa tugas ini juga harus diemban oleh para pengikut beliau, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. [Yusuf/12: 108]

Maka Rasul dan pengikut mereka diperintahkan untuk menyeru manusia kepada tauhid dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memperingatkan mereka terhadap kesyirikan dan bermaksiat kepada Allah, ini adalah kedudukan yang sangat mulia, jabatan yang tinggi bagi orang yang diberikan taufiq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menegakkan dakwah berdasarkan pada aturan yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ 

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”. [Fushilat/41: 33]

Lalu pada saat orang-orang yang shaleh mengetahui tujuan yang mulia ini, maka mereka betul-betul memperhatikan tugas ini, mereka tidak hanya berjalan menyambutnya dengan jalan yang pelan, namun mereka berlari untuk menyambut tugas tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ

Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib An Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”, [Yasin/36: 20]

Dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu bahwa Nabi berkata kepada  Ali Radhiyallahu anhu pada saat beliau mengutusnya untuk memerangi orang-orang Yahudi di Khaibar,

انْفُذْ علَى رِسْلِكَ، حتَّى تَنْزِلَ بسَاحَتِهِمْ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إلى الإسْلَامِ، وَأَخْبِرْهُمْ بما يَجِبُ عليهم مِن حَقِّ اللهِ فِيهِ، فَوَاللَّهِ لأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لكَ مِن أَنْ يَكونَ لكَ حُمْرُ النَّعَمِ

Berjalanlah dengan pelan sehingga engkau mengepung mereka pada halaman benteng mereka, kemudian serulah mereka kepada  Islam, dan beritahukanlah apa yang wajib mereka tunaikan berupa hak-hak Allah atas mereka, demi Allah, sungguh jika ada salah seorang di antara mereka yang mendapat petunjuk karena dirimu maka hal itu lebih baik bagimu daripada seekor unta yang merah”.[1]

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَن دَعا إلى هُدًى، كانَ له مِنَ الأجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَن تَبِعَهُ، لا يَنْقُصُ ذلكَ مِن أُجُورِهِمْ شيئًا

“Barangsiapa yang menyeru kepada suatu petunjuk maka dia akan mendapat pahala sama seperti orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala yang mereka dapatkan sedikitpun”.[2]

Renungkanlah wahai saudaraku nilai keutamaan yang besar ini, di mana orang yang berdakwah akan mendapatkan pahala orang yang  mendapat petunjuk karena dirinya walaupun dia sedang tertidur pada ranjangnya, atau dia sedang bekerja untuk kepentingan pribadinya, bahkan pahalanya akan tetap mengalir sampai kematiannya, tidak akan pernah habis sampai hari kiamat.

Setelah penjelasan ini maka aku mengingatkan diriku dan saudaraku pada beberapa wasiat yang mudah-mudahan bisa menjadi rambu-rambu dalam berdakwah kepada Allah:

Pertama: Aku berwasiat agar seorang da’i yang menyeru kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala agar dia selalu Ikhlas dalam dakwahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan petunjuk di dalam firman -Nya:

قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ

Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, [Yusuf/12: 108]

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Dan di dalamnya terdapat beberapa masalah : Peringatan agar seseorang selalu ihklas, sabab banyak orang yang menyeru kepada kebenaran namun sebenarnya dia menyeru kepada dirinya sendiri.[3] Imam Syafi’i berkata, “Aku ingin jika manusia mempelajari ilmu ini dan mereka tidak menisbatkannya sedikitpun kepada saya”.

Dan Musa alaihis salam pada saat Allah memerintahkannya untuk berdakwah kepada Fir’aun dia memohon kepada Tuhannya agar diberikan kefasihan dalam menjelaskan apa yang didakwahkannya, bukan agar dirinya dikatakan sebagai orator yang fasih, sebagaimana yang telah diberitahukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam firman -Nya:

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, [Thaha/20: 27]

Kedua: Hendaklah bagi da’i yang menyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membekali dirinya dengan ilmu syara’, sebagaimana firman Allah kepada Nabi –Nya:

وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا

dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”  [Thaha/20: 114]

karena dengan melakukan hal ini maka dakwahnya akan lebih dekat kepada dakwah yang dijalankan oleh Nabi, dan orang yang seperti itu lebih pantas untuk diterima dakwahnya.

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Dan jika berdakwah kepada Allah adalah kedudukan yang paling mulia, tinggi dan utama bagi seorang hamba maka dia tidak akan tercapai kecuali dengan ilmu yang ia pergunakan untuk berdakwah dan kepada ilmu itulah orang menyeru, maka kesempurnaan dakwah haruslah dengan menyempurnakan pencapaian ilmu sampai pada batas yang pencapaian yang paling tinggi, cukuplah kemuliaan ilmu tersebut, sehingga dia mendapat kedudukan yang mulia ini (kedudukan sebagai penyeru kepada ilmu) dan Allah memberikan karunia -Nya kepada siapapun yang dikehendaki -Nya”.[4]

Ketiga: Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan:

اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ 

ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Yasin/36: 21]

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قُلْ مَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُتَكَلِّفِيْنَ

Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. [Shad/38: 86]

Maka barangsiapa yang memenuhi syarat ini maka dakwahnya pasti diterima. Syarat itu adalah: Tidak mengharap balasan atas dakwahnya kecuali apa yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan dia termasuk orang yang mendapat petunjuk, faktor ini meliputi petunjuk dalam berdakwah dan petunjuk bagi dirinya, dalam kaitan ini ada perkara yang perlu diperhatikan bagi seorang penyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar pada saat dirinya menyeru orang lain dengan perkataannya maka hendaklah dia juga berdakwah dengan perbuatannya.

Keempat: Bersabar dalam berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَالْعَصْرِۙ ١ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ٢ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. [Al-Ashr/103: 1-3]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ اُولُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَّهُمْ

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.  [Al-Ahqaf/46: 35]

Di antara tuntutan sabar adalah agar dia tidak merasa bahwa jalan sangat panjang dan ingin segera mendapat hasil. Dari Khabab bin Art Radhiyallahu anhu dia berkata: Kami mengadu kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang bersandar dengan menggunakan  selendangnya di naungan ka’bah, kami berkata kepada beliau: Apakah engkau tidak memintakan pertolongan bagi kami, apakah engkau tidak berdo’a untuk kemaslahatan kami?. Maka beliau menjawab,

قدْ كانَ مَن قَبْلَكُمْ، يُؤْخَذُ الرَّجُلُ فيُحْفَرُ له في الأرْضِ، فيُجْعَلُ فيها، فيُجاءُ بالمِنْشارِ فيُوضَعُ علَى رَأْسِهِ فيُجْعَلُ نِصْفَيْنِ، ويُمْشَطُ بأَمْشاطِ الحَدِيدِ، ما دُونَ لَحْمِهِ وعَظْمِهِ، فَما يَصُدُّهُ ذلكَ عن دِينِهِ، واللَّهِ لَيَتِمَّنَّ هذا الأمْرُ، حتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِن صَنْعاءَ إلى حَضْرَمَوْتَ، لا يَخافُ إلَّا اللَّهَ، والذِّئْبَ علَى غَنَمِهِ، ولَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ

Sungguh telah terjadi pada umat sebelum kalian di mana seseorang digalikan sebuah lubang baginya lalu dia diseret dan dimasukkan ke dalam lubang tersebut lalu didatangkan baginya sebuah gergaji dan diletakkan di atas kepalanya lalu kepalanya dibelah dua bagian, dan ada orang yang disisir dengan sisir besi di antara tulang dan dagingnya namun semua itu tidak memalingkannya dari agama Allah. Demi Allah!, Allah pasti menyempurnakan perkara kebenaran ini sehingga seseorang berjalan dari Shan’a menuju Hadramaut di mana mereka tidak takut kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para penggembala tidak takut terhadap serigala yang akan menerkam kambingnya. Namun kalian terlalu terburu-buru”.[5]

Kelima: Hendaklah para da’i dan yang lainnya menyadari bahwa dakwah Islam itu bersifat universal, dia harus tersebar ke seluruh dunia, dan harus sampai kepada seluruh manusia baik di dunia belahan timur atau barat, agar hujjah tersebut sampai kepada  manusia dan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai kepada obyek yang didakwahi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. [Saba/34: 28]

Para da’i dan para reformis telah mengetahui realita ini, maka mereka menjalankan tugas mereka dan menyebarkan dakwah ini kepada manusia guna mewujudkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar.  [Ali Imran/3: 104]

Syekh bin Baz rahimahullah berkata, “Yang wajib bagi orang yang mampu baik para ulama, pemimpin kaum muslimin dan para penegak dakwah agar mereka berdakwah menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga dakwah ini sampai kepada manusia di seluruh penjuru dunia. Inilah yang menjadi perintah Allah kepada Nabi -Nya:

يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu”.  [Al-Maidah/5: 67]

Maka Rasul hanya bertugas menyampaikan, begitu juga dengan semua utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka hanya bertugas menyampaikan, sama halnya dengan para pengikut rasul, mereka harus menyampaikan risalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

Sampaikanlah dariku sekalipun hanya satu ayat saja”.[6]

Tidak tersembunyi bagi setiap orang yang memiliki ilmu dan wawasan walau sedikit, bahwa dunia Islam sekarang ini bahkan seluruh dunia sangat membutuhkan dakwah Islam yang benar, dakwah yang menjelaskan tentang hakekat Islam, yang menerangkan tentang  hukum-hukum dan kebaikan-kebaikan Islam, maka dengan demikian akan tampak jelas bagi penuntut ilmu bahwa dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah tuntutan yang paling penting dan menyadari bahwa umat manusia ini sangat membutuhkan dakwah ini dan merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Yang wajib bagi para ulama di manapun mereka berada untuk menyampaikan dakwah ini hendaklah mereka berjalan padanya, hendaklah dakwah mereka bersumber dari kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang benar, berdasarkan pada cara yang telah ditentukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat dan di atas manhaj salafus shaleh semoga Allah meridhai mereka semua.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

[Disalin dari فضل الدعوة إلى الله  Penulis Syaikh  Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Muzaffar Sahidu , Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2010 – 1431]
______
Footnote
[1] Shahih Muslim: 4/1872 no: 2406
[2] Shahih Muslim: 4/2060 no: 2674
[3] Kitabut Tauhid, halaman: 16
[4] Al-Tafsir Al-Qoyyim, halaman; 319
[5] Shahih Bukhari: 4/285 no; 6943
[6] Bagian dari hadits riwayat Bukhari: 2/493 no: 3461


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/62174-keutamaan-berdakwah-kepada-allah.html